Resensi Novel Hujan Karya Tere Liye
BE CAREFUL! SPOILER!
Judul: Hujan
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2016
Blurb: Tentang Persahabatan, Tentang Cinta, Tentang Perpisahan, Tentang Melupakan, Tentang Hujan.
“Bukan melupakan yang jadi masalahnya. Tapi menerima. Barang siapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan, dan hidup bahagia.” – Hujan, Tere Liye.
Begitulah bunyi sebuah kutipan dari novel Hujan, karya Tere Liye yang baru saja saya selesaikan malam kemarin. Saya rela begadang semalam suntuk hanya untuk menyelesaikan novel yang dari awal saja sudah bikin saya penasaran. Selalu begitu, Tere Liye selalu berhasil menghipnotis saya hingga terhanyut oleh cerita.
Cerita ini berawal dari sebuah ruangan 4x4 m2, yang katanya mempunyai terapi penyembuhan yang belum pernah dibayangkan oleh manusia sebelumnya. Di sana, duduklah Lail, seorang gadis berusia 20 tahun yang siap menghapus segala memori menyakitkan yang dimilikinya. Untuk menghapus segala memori itu, ia harus menceritakan secara menyeluruh kisah kehidupannya kepada Elijah, paramedis senior yang bertanggung jawab atas terapi saat itu.
Lail menceritakan dari awal, ketika seluruh penduduk bumi bersukacita atas kelahiran bayi yang kesepuluh milyar. Di hari itu pula, Lail terlambat datang ke sekolah. Ia bersama dengan Ibunya menaiki kapsul kereta untuk menuju ke sekolah. Sepanjang perjalanan, iklan seputar kelahiran bayi itu tak henti-hentinya dikumandangkan.
Di dalam kapsul kereta, Lail yang usianya masih 13 tahun, mendengarkan sebuah acara interview dengan seorang profesor ternama yang suka berkata sarkastik. Ia belum mengerti sepenuhnya dengan isi perbincangan itu.
Di dalam acara interview tersebut, si profesor meyakini bahwa kelahiran bayi yang kesepuluh milyar itu adalah malapetaka. Menurutnya, manusia berkembang biak dengan sangat cepat, seperti virus. Ia juga menyimpulkan bahwa virus itu harus dibasmi dengan obat yang keras, yaitu bencana alam paling mematikan.
Di hari itu, sebuah gunung purba meletus. Ledakan itu berhasil meluluhlantahkan seisi bumi. Lail, Ibunya dan orang-orang lain yang masih berada di kapsul kereta itu pun ikut merasakan dampaknya. Di saat itulah, Lail kehilangan Ibunya dan bertemu dengan Esok, seorang anak lelaki berusia 15 tahun yang berhasil menyelamatkan nyawanya.
Esok menyelamatkan Lail dari keterpurukan. Esok selalu berusaha berada di samping Lail ketika gadis itu terpuruk. Selama beberapa waktu bersama, kebersamaan itu pun menumbuhkan benih cinta. Lail jatuh cinta dengan Esok. Namun, kebersamaan mereka selalu terusik.
Esok yang jenius harus pindah Ibu Kota yang jauh dari kota mereka, sementara Lail harus berjuang mati-matian menahan rindu. Esok berjanji akan bertemu dengan Lail setahun sekali, namun kesibukan Esok membuatnya tak dapat menepati janji. Hanya di beberapa kemungkinan mereka dapat bertemu. Di pelantikan Lail, wisuda Esok, wisuda Lail dan di Pusat Terapi Saraf.
Well, kisah cinta yang dipadukan oleh fiksi masa depan ini berhasil membuat saya berangan-angan jauh. Membayangkan jika kisah ini benar-benar terjadi di waktu 30 atau 40 tahun yang akan datang.
Saya sangat menyukai cover dari buku ini. Begitu sederhana sehingga membuat penasaran. Pembaca pasti bertanya-tanya apa sih yang sebenarnya ada di dalam buku itu? Ditambah lagi dengan blurb yang berupa butiran-butiran air yang berisi kata. Tentang Persahabatan, Tentang Cinta, Tentang Perpisahan, Tentang Melupakan, Tentang Hujan. Belum gamblang apa yang akan diceritakan dalam buku tersebut, disitulah justru daya tariknya.
Judul dari buku ini pun menarik di mata, walaupun hanya satu kata. Hujan. Hujan merupakan hal yang terlampau sering kita jumpai. Setiap orang mempunyai kenangan tersendiri tentang hujan. Itu pun merupakan daya tarik dari buku ini.
Walaupun buku ini berkaitan dengan teknologi di masa depan dan segala fenomena alam, tapi kisahnya tak rumit atau berat. Kisahnya ringan. Alurnya pun mengalir dengan lancar dan yang paling penting adalah, akhir cerita tak mudah ditebak. Saya suka sekali dengan buku yang seperti ini. Pembaca dibuat berpikir keras bagaimana cerita akan berakhir.
Saya tak melihat celah kelemahan dalam buku ini. Semuanya terbentuk sempurna. Mulai dari cover, ide dan tokoh-tokohnya. Saya sangat mencintai sosok Maryam di buku ini, gadis berambut kribo yang bersahabat dengan Lail. Saya suka karakter Maryam, walaupun terkesan ceroboh tapi ia tak pernah takut menerima tantangan.
Oke, saya menyimpulkan bahwa buku ini sangat recommended, untuk remaja hingga dewasa. Kisah cinta Lail dan Esok dikemas sangat rapih oleh Tere Liye. Pembaca akan penasaran dan terseret ke dalam kisah mereka yang dimulai pada tahun 2042.
***
Komentar
Posting Komentar