Langsung ke konten utama

NOVEMBER: MENYAKSIKAN DISTOPIA YANG TIDAK DIINGINKAN


RESENSI SINGKAT
1984
Karya George Orwell

War is a peace.
Freedom is slavery.
Ignorance is strength.


Kata-kata tersebut seolah menari-nari di pikiran saya terus menerus setelah membaca novel klasik 1984 karya George Orwell. Novel tersebut berhasil membuat saya memikirkan dunia saat ini, apakah setiap kebenaran yang ada sekarang adalah murni kebenaran? Bukan hasil propaganda elit pemerintah yang berkuasa?

Dalam buku tersebut diceritakan bahwa pemerintahan yang berkuasa di Oceania benar-benar menguasai apapun. Mereka menguasai sandang, pangan, papan, bahkan kebenaran. Paham sosialis-komunis yang dianut dan seharusnya menolong rakyat justru dijadikan sebuah alat bagi pemerintah untuk mengeksploitasi masyarakat. Masyarakat diawasi dan dikontrol setiap waktu oleh polisi-polisi pikiran. Sejarah ditulis ulang setiap hari. 2+2=5 adalah sebuah kebenaran, jika pemerintah mengatakan demikian.

Tak hanya sampai di sana, Orwell juga menggambarkan bahwa institusi-institusi kementerian yang terdapat dalam novelnya sangatlah kontradiktif. The Ministry of Peace yang mengatur segala urusan perang; Ministry of Truth adalah kementerian yang memproduksi kebohongan, merevisi sejarah, bahkan menghilangkan seseorang seakan-akan mereka tidak pernah hidup atau ada; Ministry of Love adalah kementerian yang bertugas untuk menghukum dan menyiksa kriminal atau orang-orang yang berniat menghancurkan negara atau memberontak; Ministry of Plenty yang mengurusi sandang dan pangan, tetapi justru menahan pasokan makanan dan membiarkan masyarakatnya kelaparan dengan alasan sedang berperang.

Menurut saya, George Orwell berhasil membangun dunia yang mencekam dalam novelnya. Ia berhasil menciptakan sebuah dunia distopia yang tidak diharapkan oleh siapa pun. Terlalu mengerikan untuk menjadi nyata. Tak hanya itu, deskripsi men-detail yang ditulis oleh Orwell tentu saja membawa saya masuk dan tenggelam dalam dunia novel ini. Alur yang dibuatnya turut mengantarkan saya seakan berperan menjadi tokoh utama dan merasakan tekanan serta gejolak batin yang dirasakannya. 

Orwell juga berhasil membuat pemeran utamanya seakan-akan tidak mempunyai kesempatan apapun untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan itu yang saya sukai, terasa agak manusiawi jika saya ada di posisi si pemeran utama.

Akhir kata, dalam opini saya, buku ini sangatlah bagus dan pantas mendapatkan penilaian yang tinggi dari setiap pembacanya. Saya merekomendasikan buku ini untuk kalian semua!





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendakian Sehari di Gunung Ungaran Jalur Basecamp Mawar

Perjalanan hiking di Gunung Ungaran akan menjadi memori yang tak terlupakan bagi saya. 

2019 SAID, "IT'S NEVER TOO LATE TO LOVE AND APPRECIATE YOURSELF"

Dear me, You  are good enough.