Hari ini, sudah genap 5 minggu saya di rumah aja. Alih-alih muak, saya justru menjadi terbiasa dengan semuanya.
Pada minggu pertama saya merasa kehidupan saya akan menjadi sangat membosankan dan tidak berguna, karena saya harus mengurung diri di rumah sampai waktu yang tidak ditentukan. Pikiran saya mulai sambat sambat dan sambat, dikarenakan semua kegiatan yang telah saya rencanakan dan impikan jauh-jauh hari harus tertunda. Hah, Covid19 sial.
Minggu kedua saya mengajukan diri kepada Ibu saya untuk menjadi relawan belanja ke grosir terdekat guna memenuhi kebutuhan fisik dan batin saya. Di minggu kedua ini saya beberapa kali menelpon teman, baik yang jaraknya hanya 500 meter dari rumah atau yang berpuluh-puluh kilometer. Saya juga mulai rindu mengendarai sepeda motor tanpa tujuan yang jelas di jalanan kota Jakarta atau mampir sebentar ke perpusnas untuk menikmati pemandangan di lantai 24.
Masuk pada minggu ketiga, saya sakit tipes karena terlalu lelah, tidak bisa mengatur waktu dengan tepat untuk tidur dan bangun. Di minggu ini saya benar-benar memutuskan untuk melakukan social distancing, bukan hanya sekadar physical distancing. Saya benar-benar terputus dari dunia luar. Saya menghapus semua aplikasi media sosial di ponsel dan saya mematikan ponsel saya selama beberapa hari. Well, I think it was the best week of my life, even tho I'm sick. No social media, no internet, no phone. WHAT A LIFE THAT I'M TOTALLY DREAMING OF.
[[Aww, boong bgt...]] ak pcandu sosmed.
Masih pada minggu ketiga, muncul pertanyaan di kepala saya, bagaimana kalau virus korona ini hadir di masa Kubilai Khan hidup atau ketika Tiongkok berada pada masa kejayaan Dinasti Yuan atau Dinasti Ming? Mungkin penyebarannya tidak akan secepat ini. Berita mengenai wabah penyakit ini pun kemungkinan hanya disampaikan dari mulut ke mulut yang memerlukan waktu berbulan-bulan untuk menyebarkannya secara global. Kepala saya kemudian membayangkan sebuah skenario. Jika benar terjadi pada masa itu, mungkin berita wabah ini akan menjadi sebuah legenda atau mitos. Kalau di Indonesia kemungkinan akan disampaikan dengan perkataan seperti ini: "Jangan langsung masuk kamar dan tidur kalau abis berpergian. PAMALIIIII!!!"
"KENAPA PAMALI?"
"YA POKOKNYA PAMALI."
Astagfirullah.
Di minggu keempat saya sudah sembuh dan berpikir untuk menjadi jauh lebih aktif dan produktif. Saya memutuskan untuk merencanakan hari-hari saya selama di rumah aja. Tiga kegiatan yang paling saya utamakan dalam keseharian saya, yaitu: 1) berlatih menjadi Asisten Rumah Tangga (ART) yang baik dan benar, siapa tahu selesai korona saya bisa jadi TKW di Korea atau Arab; 2) menonton drama dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari; 3) berkhayal dan berdoa skripsi saya akan selesai sebelum ramadhan. HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA ASIK BANGET NGETAWAIN KEHIDUPAN.
[[mngambil npas dan mnum]]
Pada minggu kelima saya berhasil menyanyikan lagu 5SOS yang berjudul old me tanpa melihat lirik lagunya. Akhirnya saya dapat melanjutkan kembali hobi yang sempat terabaikan selama 4 tahun. Ternyata diem aja di rumah ada gunanya juga. Saya jadi lebih banyak melakukan hobi yang telah dilupakan. Kemudian, yang paling mengejutkan lagi adalah di minggu kelima ini saya menjadi lebih betah dan nyaman melakukan aktivitas di rumah. Namun ternyata, kenyamanan ini terlalu kuat hingga menimbulkan api perlawanan setiap kali disuruh ke warung sama nyokap. Ya namanya juga idup.
Baiklah, kita telah sampai pada akhir cerita. Saya mungkin tidak bisa menginspirasi orang-orang dengan cerita seperti ini, karena memang tujuan saya bukan untuk menginspirasi tapi untuk menumpahkan inspirasi (atau mungkin sampah?) yang ada di kepala saya. Sudah terlalu penuh. Mari kosongkan terlebih dahulu hari ini, kita isi kembali hingga penuh dan tumpah lagi lain hari.
Mohon maaf untuk teman-teman yang sempat terabaikan pesannya oleh saya, saya benar-benar tidak bermaksud. Jaga kesehatan.
Salam,
AMAL
sumber gambar dalam post ini: dokumen pribadi
sumber gambar dalam post ini: dokumen pribadi
Komentar
Posting Komentar